Assalamu'alaikum... Ahlan Wa Sahlan Bihudhurikum..

PP. Al Khairiyah Al Islamiyah

Jl. Kadudampit Ds. Sukasari Kec. Cisaat Kab. Sukabumi Jawa Barat 43152

Minggu, 27 Januari 2013

BUKAN HANYA MIMPI

Posted by Unknown 2:49 AM, under , | No comments

BUKAN HANYA MIMPI

Karya:Umar bin Khotob grup

            Dadaku berdesir hebat. Pikiranku melayang-layang. Kulihat sekelebat bayangan hitam melintas di balik gorden jendela kamarku. Tak tahu pasti penyebabnya, bulu romaku merinding, “Hantukah itu? Atau Cuma perasaanku saja?” pikirku.

“Ah, paling cuma perasaan!” simpulku.
****

            Pukul 07.00 pagi tepat. Waktunya untuk berangkat ke sekolah. Aku pun segera mengambil baju sekolahku. Lalu pamit kepada Ayah. Namun, di perjalanan, kubelokkan langkah ke arah proyek raksasa. Sekarang, aku turut membantu arsitek-arsitek ternama itu dengan kemampuanku yang tak seberapa ini. Hanya hilir-mudik memikul beban-beban berat. ‘Ya, sekarang aku menjadi seorang kuli bangunan!’ Berat memang, beresiko banyak. Tak sekolah, tulang ngilu, ditambah capek dan masih seabreg lai. Tapi, terpaksa kulakukan ini. Demi mencukupi kebutuhan hidup keluargaku.
****

            Kulepas nafas panjangku, tulangku terasa ngilu. Seperti diterkam binatang buas, panas. Cukup sudah aku banting tulang hari ini. Kantukpun menyerangku, segera kuambil sarung. Sangat siap untuk berbaring di tempat tidur.

Namun, tak lama kemudian, bayangan hitam itu muncul kembali, melintas di balik gorden jendela kamarku. Jantungku berdegup kencang. “Siapa itu?!”.
Kuberanikan diri berteriak.

Tetapi tak ada juga jawaban. Yang terdengar hanyalah suara semak belukar depan rumahku yang semakin gemerisik. “Ada sesuatu yang aneh!” gumamku.

Selang beberapa waktu kemudian, tanpa kusadar, aku terlelap.
****

PLAKKK.....!!!

Tamparan keras Ayah mendarat di pipiku. Perih rasanya. Tapi tak mengapa. Toh salahku sendiri. Yang jelas, sekarang aku ketahuan kalau aku sering bolos sekolah. Dan selama itu pula, aku menjadi kuli bangunan. Mungkin Ayah sangat marah karena merasa tugasnya sebagai “Pencuri nafkah tergantikan. Atau mungkin Ayah hanya menghendaki supaya aku segere menyelesaikan pendidikan menengah ke atasku.

“Ayah ingin supaya kamu jadi anak yang cerdas, Mad! Supaya kelak hidupmu menjadi lebih baik dari Ayahmu ini!”, tegur Ayah.

“Ayah minta, mulai besok kamu harus berangkat ke sekolah lagi!”.

“Baik, Ayah.” Jawabku pelan.

“Bagus!”.

Seulas senyum bahagia tersirat di wajahnya. Perasaan bangga kepada Ayah pun mengguyur hatiku. Tanpa sengaja aku bergumam: “Ayahku memang seorang yang mengagumkan”.

Sontan saja Ayah melihatiku sambil berkata: “Ada apa, Mad?” aku pun gelagapan bagaimana cara menjawab pertanyaan itu.
***

            Malam ini aku bersiaga. Takut bayangan hitam itu melintas kembali. Sengaja kunyalakan lampu kamarku seterang-terangnya. Sekalian kubuka daun jendela lebar-lebar. Benar, tak lama kemudian ada sesuatu yang aneh. Rimbunan semak-semak di depan kamarku bergerak-gerak. Bukan karena angin, karena sesuatu yang tak lazim. Kulongokkan kepala keluar. Aku terhenyak. Sekarang aku tak hanya melihat bayangan hitam itu, bahkan kulihat sosoknya! Ia berlari menjauhi kamarku. Lalu meloncat melewati pagar rumahku. Dan akhirnya menghilang ditelan gelap malam. Aku terperanjat. Secepat kilat aku berlari menuju kamar Ayah. Kulihat Ayah sedang menidurkan Layla adik kecilku yang hari ini genap berumur dua tahun.

“Ayah! Ayah!!!”.

Ada apa, Mad?!”. Tanyanya keheranan.

“Itu, Ayah, di luar ada orang berpakaian hitam, serba hitam. Pencuri mungkin!”. Jawabku tergagap.

“Di mana?!”. Ayahku kaget.

“Sudah lari”.

Sejenak suasana hening, yang terdengar hanya gerak-gerak Layla yang mungkin ketenangan tidurnya terganggu.

“Ya sudah, jangan dipikirkan, sekarang sudah larut malam. Kembalilah ke kamarmu!”. Kata Ayah.

“Iya Ayah”.

Aku menutup pintu pelan-pelan. Lalu pergi ke kamarku. Saat aku akan menutup jendela, kupandangi dahulu halaman rumahku. Di gang yang tak jauh dari rumahku, remang-remang kulihat pencuri itu berjalan menjauhi rumahku. Dengan lampu yang tak terlau terang di jalan itu, aku dapat melihat benda mengkilap terselip di antara jemarinya. “Astaghfirullah, pencuri itu membawa benda tajam!”. Aku bergidik.

Cepat-cepat kututup jendela. Lalu aku berlari ke ruang tamu dan tidur di sofa.
***

            Hari ini terasa sangat aneh. Sepertinya ada sesuatu yang janggal dalam diriku. Pelajaran sekolah tak ada yang dapat diserap otakku. Masuk kanan keluar kiri. Makan pun aku tak nafsu. Hari ini tiba-tiba aku selalu ingin dekat dengan Ayah.

“Ahmad, belum tidur?”. Kepala Ayah menyembul dari belakang pintu kamarku, lamunanku buyar.

“Eh, Ayah. Belum Ayah. Masih banyak tugas”. Jawabku asal-asalan. Karena di depanku ada banyak buku. Namun hanya kupasang di meja belajarku.

“Oh, begitu, yang penting tidurnya jangan malam-malam ya!”

“Iya Ayah”.

Lalu Ayah menutup pintu kamarku. Kemudian berlalu meninggalkanku. Kutatap pintu kamar itu
dengan tatapan hampa. Ada perasaan gelisah yang menyelimutiku. Arlojiku menunjukkan pukul 11.30 malam. Sangat malam memang. Tapi aneh, aku tak juga ngantuk. Dan tak juga kulihat sosok hitam itu. Biasanya, sosok hitam itu muncul sekitar 45 menit yang lalu. Aku berpikir, apakah karena sosok hitam itu merasa “ketahuan” olehku kemarin? Tapi kurasa hal itu tak mungkin. Tak mungkin ada orang yang takut kepada manusia berbadan kecil seperti aku. Yang jelas, aku menaruh perasaan sangat takut kepada sosok itu, tak tahu mengapa.

Kurapikan posisi tidurku. Walau belum mengantuk, kupandangi gorden jendela kamarku terus-menerus. Namun, tak ada apa-apa. Tak ada sosok hitam itu. Tak kulihat bayangannya.
***

            Beberapa waktu kemudian, aku mendengar suara gaduh dari dapur, ‘Ah, paling Cuma tikus iseng!’. Pikirku namun, suara gaduh itu bertambah. Diselingi dentuman-dentuman kaki. ‘Ada yang tidak beres!’.

Tak lama kemudian, terdengar suara Ayah: “PENCURIII!!!”. Sangat lantang memang. Seperti berterikan. Tapi suara itu terdengar tertahan. Jantungku berdetak kencang. Spontan aku berlari ke dapur. “Ugh! Pasti karena pintu dapur belum dikunci! Akhirnya maling itu masuk!”. Makiku dalam hati.

Namun, langkahku terhenti di depan pintu dapur yang terbuka lebar. Pencuri itu telah kabur. Suasana sangat hening. Sayup-sayup kudengar suara Ayah berbisik: “Jaga adikmu baik-baik. Dan jangan lupa kerjakan Sholat!”.

Aku diam seribu bahasa. Tetesan air hangat mengalir deras.
***

            Satu persatu pelayat meninggalkan pemakaman. Ayah dikebumikan di dekat makam ibu. Yang meninggal dua tahun silam. Saat melahirkan Layla. Kuusap nisan Ayah.

“Ayah, terima kasih atas bimbinganmu. Kau telah menunjukkan apa itu arti sebenarnya dari ilmu”.

“Ayah, terima kasih. Kau telah menegurku waktu itu”.

Tetesan bening mengalir deras. Tak dapat kubendung. Teringat peristiwa tadi malam yang sangat memilukan. Ayah meninggal di depan mataku sendiri. Dalam keadaan tragis. Tertusuk parang. Dibunuh oleh seorang pencuri.
***

            Aku dikagetkan oleh suara decitan motor di depan rumahku. Akupun terbangun.

“Astaghfirullah! Cuma mimpi!”

Ternyata peristiwa itu hanya mimpi! Aku bersyukur. Sangat lega. Namun, tetap saja aku merasa ada sesuatu yang tak beres. Jam dinding menunjukkan pukul 08.00 pagi. Namun, tak ada yang membangunkanku. Aku kesiangan.

Samar-samar kudengar suara Layla. Seperti menangis. Kutinggalkan tempat tidurku. Dan kucari Layla. Lalu kudapati ia menangis di samping sosok yang berbaring. Aku kaget bukan kepalang!.

“Astaghfirullahal ‘Azhim! Ayah!!!”

Peristiwa itu benar-benar telah terjadi! Aku tak hanya bermimpi! Ayah telah dibunuh oleh seorang pencuri!
***

Download File nya Di sini

0 komentar: